Jumat, 07 Juli 2017

MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU



MAKALAH KELOPMPOK
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN TERPADU
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah
PEMBELAJARAN TERPADU
Dosen pengampuh: Kristoforus Dowa Bili, S. Pd.,M.Pd..

 
Nama kelompok III:
1.      Agustina Lede Bili
2.      Anjelina Bili
3.      Andreas Yosef Bulu
4.      Delviana Goldeliva Mandeta
5.      Dominggus Ngongo
6.      Dominikus Katanga Sabaraora
7.      Vebriane Rambu Bangi
8.      Maria Goreti Ole
9.      Maria Magdalena Bili
10.  Lukas Kandi Baga
11.  Katrina Ghanggo Ate


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD-A)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP)
WEETEBULA-SUMBA BARAT DAYA
                                                          2015/2016                   




















































         
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Keterampilan Dasar Mengajar dalam Pembelajaran Terpadu” yang disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah pembelajaran terpadu.
Kami mengucapakan limpah terima kasih yang sebesar-besarnya kepada temam-temasn dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini belum sempurna adanya. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki penulisan makalah selanjutnya.







Weetebula,  April  2017


Penyusun



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTARDAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.              Latar Belakang........................................................................................... 1
B.               Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C.               Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
1.                       Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran Terpadu.................. 4
A.     Pengertian ............................................................................................... 4
B.      Manfaat .................................................................................................. 4
C.      Komponen-komponen Keterampilan Membuka Pelajaran...................... 6
D.     Komponen-komponen  Keterampilan Menutup Pelajaran..................... 10
2.                       Keterampilan Menjelaskan dan Bertanya dalam Pembelajaran
Terpadu.................................................................................................... 13
A.    Pengertian............................................................................................... 13
B.     Manfaat.................................................................................................. 14
C.     Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan................................. 16
D.    Komponen-komponen  Keterampilan Bertanya..................................... 20
3.                       Keterampilan Memberikan Penguatan dan Variasi dalam
Pembelajaran Terpadu.............................................................................. 24
A.      Pengertian.............................................................................................. 24
B.       Manfaat................................................................................................. 25
C.       Komponen-komponen Keterampilan Memberi Penguatan.................... 27
D.      Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi................... 32
BAB III : PENUTUP       
A.      Kesimpulan............................................................................................ 42
B.       Saran...................................................................................................... 43
Daftar Pustaka














BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pembelajaran terpadu merupakan suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjelasan kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dasar. Sebagai suatu konsep, pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga dapat membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk membangun konsep-konsep yang saling berkaitan.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran terpadudi sekolah dasar, seorang guru dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan yang optimal, baik kemampuan kognitif, sikap, dan keterampilan.kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual seperti penguasaan kaitan antara mata pelajaran, pengetahuan cara belajar dan mengajar, dan pengetahuan cara mengevaluasi hasil dan proses belajar.
 Kemampuan sikap berkaitan kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya, misalnya sikap menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap tema pembelajaran, sikap toleransi terhadap siswa, memiliki kemauan keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
Kemampuan keterampilan berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai berbagai keterampilan mengajar yang diperlukan dalam melaksankan pembelajaran terpadu.


B.       Rumusan Masalah
Pembelajaran terpadu memiliki berperan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena  pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga dapat membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk membangun konsep-konsep yang saling berkaitan.
      Dalammakalahini kami membahastentang:
1.      Bagaimana Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran Terpadu!
A.    Apa Pengertian dari Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran Terpadu?
B.     Apa Manfaat dari Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran?
C.     Apa Komponen-komponen Keterampilan Membuka Pelajaran?
D.    Apa Komponen-komponen  Keterampilan Menutup Pelajaran?
2.      Keterampilan Menjelaskan dan Bertanya dalam Pembelajaran Terpadu!
A.    Apa Pengertian Keterampilan Menjelaskan dan Bertanya dalam Pembelajaran Terpadu?
B.     Apa Manfaat Keterampilan Menjelaskan dan Bertanya dalam Pembelajaran Terpadu?
C.     Apa Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan?
D.    Komponen-komponen  Keterampilan Bertanya?
3.      Keterampilan Memberikan Penguatan dan Variasi dalam Pembelajaran Terpadu!
A.    Apa PengertianKeterampilan Memberikan Penguatan dan Variasi dalam Pembelajaran Terpadu?
B.     ManfaatKeterampilan Memberikan Penguatan dan Variasi dalam Pembelajaran Terpadu?
C.     Apa Komponen-komponen Keterampilan Memberi Penguatan?
D.    Apa Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi?

C.    Tujuan
Adapuntujuandarimakalahiniadalahsebagaiberikut:
1.      Untuk mengetahui Pengertian Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran Terpadu!
2.      Untuk mengetahui Manfaat dari Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran!
3.      Untuk mengetahui Komponen-komponen Keterampilan Membuka Pelajaran!
4.      Untuk mengetahui Komponen-komponen  Keterampilan Menutup Pelajaran!
5.      Untuk mengetahui Pengertian Keterampilan Menjelaskan dan Bertanya dalam Pembelajaran Terpadu!
6.      Untuk mengetahui Manfaat Keterampilan Menjelaskan dan Bertanya dalam Pembelajaran Terpadu!
7.      Untuk mengetahui Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan!
8.      Untuk mengetahui Komponen-komponen  Keterampilan Bertanya!
9.      Untuk mengetahui Pengertian Keterampilan Memberikan Penguatan dan Variasi dalam Pembelajaran Terpadu!
10.  Untuk mengetahui Manfaat Keterampilan Memberikan Penguatan dan Variasi dalam Pembelajaran Terpadu!
11.  Untuk mengetahui Komponen-komponen Keterampilan Memberi Penguatan!
12.  Untuk mengetahui Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi!

BAB II
PEMBAHASAN

1.         Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran dalam Pembelajaran Terpadu
                                                                           
A.  Pengertian
Keterampilan membuka pelajaran merupakan keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran, sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran. Sesungguhnya, dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak hanya terjadi pada awal akhir kegiatan pembelajaran saja, tetapi dapat pula terjadi beberapa kali selama kegiatan pembelajaran itu berlangsung, yaitu pada awal dan akhir setiap penggal kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satu kegiatan pembelajaran dibahas beberapa topik/pokok bahasan tersebut guru dapat melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran ini merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki kegiatan inti pembelajaran, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan akhir pembelajaran dengan maksud untuk memantapkan atau menindaklanjuti tema yang telah dibahas. Dengan demikian, kegiatan membuka dan menutup pelajaran bukan kegiatan yang bersifat administratif seperti mengisi daftar hadir siswa, menyiapkan alat dan media pembelajaran.
B.  Manfaat
Semua aktivitas belajar yang dilakukan siswa dari awal sampai akhir harus memiliki makna (meaningful learning). Keterampilan membuka dan menutup pelajaran bermanfaat bagi guru dalam mengarahkaan siswa pada kondisi belajar dan pembelajaran yang kondusif. Secara lebih rinci, keterampilan membuka pelajaran dalam pembelajaran terpadu dapat memberi manfaat untuk:
1.      Menyiapkan mental siswa memasuki kegiatan inti pembelajaran;
2.      Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa (attencion) dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;
3.      Memberikan gambaran yang jelas tentang aktivitas belajar yang akan dilakukan dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa;
4.      Menyadarkan siswa akan adanya keterkaitan antara pengalaman yang sudah dimiliki dengan tema yang akan dipelajarinya.
Keterampilan menutup pelajaran bermanfaat bagi guru dalam mengakhiri pembelajaran terpadu dengan kegiatan yang bermakna. Secara lebih rinci, keterampilan menutup pelajaran dalam pembelajaran terpadu dapat memberi manfaat untuk:
1.      Memantapkan pemahaman siswa terhadap proses dan hasil belajar yang telah dilaluinya;
2.      Mengetahui tingkat keberhasilan dari pelaksanaan terpadu;
3.      Menetapkan kegiatan tindak lanjut yang harus dilakukan siswa untuk mengembangkan kompetensi yang telah dikuasainya.
Berbagai manfaat yang dijelaskan di atas menunjukkan betapa pentingnya seorang guru menguasai keterampilan membuka dan menutup pelajaran ini. Jika guru lalai atau menganggap enteng dalam membuka dan menutup pelajaran maka akan mengakibatkan kurang mantapnya pelaksanaan terpadu, di mana pada akhirnya akan memberi dampak pada pemerolehan kompetensi siswa kurang optimal.



C.  KOMPONEN KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

Untuk melaksanakan keterampilan membuka pelajaran dalam pembelajaran terpadu, guru perlu mempelajari dan menguasai beberapa komponen membuka pelajaran.
                  
1.      Menumbuhkan Perhatian Siswa
Perhatian (attencion) merupakan salah satu prinsip yang diperlukan dalam belajar. Perhatian pada hakikatnya adalah pemusatan energi psikis pasa suatu objek yang dipelajari. Tanpa perhatian yang baik maka proses dan hasil belar dipastikan tidak akan tercapai dengan memuaskan. Kegiatan menarik perhatian siswa merupakan langkah awal dam membuka pelajaran. Jika ingin berhasil dalam menarik perhatian siswa, guru bisa melakukan dengan berbgai cara, diantranya;

a.       Variasi gaya mengajar guru, seperti variasi suara dari rendah ke tinggi (atau sebaliknya) mengubah posisi guru (berpindah depan ke tengah atau ke belakang), atau dengan mengoptimalkan gerakan tubuh dan mimik muka.
b.      Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan dapat menarik perhatian siswa, misalnya menggunakan gambar-gambar yang menarik dan mengundang keinginan siswa untuk bertanya.
c.       Penggunaan pola interaksi pembelajaran yang bervariasi, misalnya suatu saat menggunakan pola interaksi mengajar secara klasikal, dan saat lainnya menggunakan pola pembelajaran kelompok kecil, atau bahkan indvidu/perorangan. Pola interaksi yang monoton akan menurunkan perhatian para siswa.


2.      Membangkitkan Motivasi Siswa
Salah satu tujuan membuka pelajaran adalah membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari tema yang akan dibahas. Dalam hal ini, guru hendaknya berusaha membangkitkan motivasi siswa pada setiap awal kegiatan pembelajaran atau setiap penggal awal kegiatan pembelajaran. Di bawah ini diuraikan beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi siswa.

a.       Memperlihatkan sikap hangat dan antusias
Kehangatan dan keantusiasan yang ditunjukkan guru merupakan awal munculnya keinginan siswa untuk belajar. Sikap hangat bersahabat dan penuh semangat yang tercermin dari penampilan guru di depan kelas, akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan inti pembelajaran terpadu.

b.      Menimbulkan rasa ingin tahu (curiosity)
Rasa ingin tahu merupakan alasan yang cukup ampuh bagi siswa dalam mempelajari suatu tema. Rasa ingin tahu akan mendorong siswa untuk berbuat sesuatu agar rasa ingin tahunya terpenuhi. Dalam hal ini, guru harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa pada saat memulai kegiatan pembelajaran atau setiap penggal awal pembelajaran. Beberapa cara bisaa dilakukan guru, misalnya dengan mengemukakan cerita atau dongeng yang mengundang pertanyaan, menunjukkan suatu yang baru, atau memperlihatkan gambar ya g menarik, dan kemudian diikuti dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan.



c.       Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide atau gagasan guru yang bertentangan biasanya menggugah siswa untuk bertanya atau mengajukan pendapatnya. Oleh karena itu, guru harus kreatif mencari ide atau gagasan yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari dan yang langsung berkaitan dengan tema yang akan dibahas. Misalnya, dalam tema tentang “ Pekerjaan” dikemukakan bahwa perjuangan hidup di kota besar sangat keras dan sukar, tetapi mengapa banyak orang yang ingin berpindah ke kota besar? Dalam tema tentang “Transportasi” dikemukakan bahwa mobil dapat bergerak, mobil itu bukanlah merupakan makhluk hidup seperti manusia.

d.      Memperhatikan minat siswa
Minat siswa terhadap satu tema yang dipelajari sangat berkaitan erat dengan keinginannya untuk mempelajari tema tersebut dan mengikuti pembelajaran yang dirancang. Oleh karena itu, dalam memilih atau merancang kegiatan, guru harus selalu memperhatikan minat siswa. Minat siswa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti latar belakang sosial siswa, jenis kelamin, umur dan lingkungan. Untuk mengetahui minat siswa secara tepat, guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor tersebut.

3.      Memberi Acuan
Pemberian acuan dalam kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran singkat tentang suatu tema yang akan dipelajari siswa dalam pembelajaran terpadu. Pemberian acuan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara berikut.



a.    Memgemukakan tujuan dan batas tugas
Siswa perlu mendapatkan gambaran yang jelas tentang kompetensi apa yang akan dicapai melalui pembahasan tema-tema dalam pembelajaran terpadu. Dalam hal ini, guru harus sejak awal pembelajaran mengemukakan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, bersama ruang lingkup tema yang akan dibahas dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa.
                
b.    Menjelaskan langkah pembelajaran
Menjelaskan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan siswa akan membuat kegiatan pembelajaran terpadu menjadi lebih terarah. Misalnya, ketika siswa kelas 6 (enam) akan melakukan suatu percobaan, terlebih dahulu guru menuliskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa agar percobaan tersebut berlangsung dengan baik.
                       
c.    Mengingatkan inti tema yang akan dipelajari
Hal ini dapat dilakukan guru dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal posistif dan negatif dari tema yang akan dibahas. Dengan mengingatkan hal-hal tersebut, siswa akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang perlu diperhatikannya ketika mengikuti pembelajaran terpadu.

d.   Mengajukan pertanyaan
Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa mengantisipasi bahan ajar dari tema yang aakan dibahas. Misalnya, sebelum melaksanakan demonstrasi mengenai cara mencangkok batang pohon, guru guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa memahami cara mencangkok batang pohon yang akan didemonstrasikan siswa.

4.      Membuat Kaitan
Salah satu hal yang membuat pembelajaran terpadu menjadi lebih bermakna adalah jika kegiatan pembelajaran tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Upaya guru untuk mengaitkan bahan pelajaraan yang sudah disampaikan dengan bahan pelajaran yang akan disampaikan disebut apersepsi (apperception) yang dilakukan pada awal kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus berusaha mengaitkan tema baru yang akan dipelajari dengan pengetahuan, pengalaman, minat, dan kebutuhan siswa. Misalnya, dengan cara meninjau kembali pemahaman siswa tentang aspek-aspek yang telah diketahui dari suatu tema yang akan dijelaskan, menunjukkan kaitan antara meteri baru dengan materi yang kemungkinan sudah diketahhui siswa sebelumnya, atau bila konsep dalam suatu tema yang akan dijelaskan sama sekali baru maka konsepa tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu secara rinci.

D.  KOMPONEN KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN
Untuk melaksanakan keterampilan menutup pelajaran dalam pembelajaran terpadu, guru perlu mempelajari dan menguasai beberapa komponen keterampilan menutup pelajaran.

1.      Maninjau Kembali
        Untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa mengetahui bahan pelajaran yang telah dibahas maka pada setiap penggal kegiatan pelajaran terpadu, guru perlu melakukan peninjauan kembali tentang penguasaan siswa tersebut. Kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui penguasaan siswa tersebut bisa dilakukan dengan cara menetapkan topik inti dari bahan pelajaran dan/atau membuat ringkasan bahan pelajaran yang sedang/sudah dibahas.
Penetapan topik inti bahan pelajaran dari tema yang dibahas pada dasarnya bisa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Misalnya, ketika selesai menjelaskan satu topik dari tema yangsedang dibahas, guru meminta siswa untuk menetapkan topik-topik yang merupakan tema inti dari tema atau bahan pelajaran. Selanjutnya, guru mengarahkan atau meluruskan pendapat-pendapat para siswa mengenai inti dari pembahasan tema tersebut.
Untuk lebih memantapkan hal tersebut, guru bisa menuliskan di papan tulis dan/atau menugaskan siswa untuk mencatatnya dalam buku catatan yang bisa digunakan sebagai ringkasan bahan pelajaran yang telah dibahas.

2.      Melakukan Penilaian
        Kegiatan menutup pelajaran dalam pembelajaran terpadu, baik yang dilakukan pada setiap penggalan pembelajaran ataupun dari satu kegiatan pembelajaran dapat diakhiri dengan cara melakukan penilaian untuk melihat sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan. Mengingat alokasi waktu untuk kegiatan ini sangat terbatas maka bentuk penilaian ini dapat dilakukan di antaranya dengan cara sebagai berikut.
a.       Melakukan tanya-jawab secara lisan, yang dilakukan guru kepada beberapa orang siswa yang dianggap mewakili keseluruhan siswa di kelas.
b.      Meminta salah seorang siswa untuk menunjukkan kemampuan hasil belajarnya, misalnya menunjukkan gambar yang telah dibuatnya atau meminta siswa untuk membacakan puisi yang baru ditulisnya.
c.       Meminta salah satu siswa untuk mengaplikasikan hasil belajar yang telah diperolehnya di depan kelas, misalnya meminta siswa untuk menyesaikan beberapa soal matematika dengan menggunakan rumus yang baru dipelajari.
d.      Meminta siswa untuk menyatakan pendapat tentang bahan dan kegiatan belajar dari tema yang telah dibahas, baik berupa pendapat perorangan maupun pendapat kelompok.
e.       Memberikan soal-soal tertulis yang dapat dikerjakan oleh siswa di luar kelas atau di PR-kan (takehome examination).
Penerapan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran terpadu harus mengikuti prinsip-prinsip tertentu agar proses dan hasilnya dapat dicapai secara efektif dan efisien. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
                                                                          
a.       Prinsip kebermaknaan
Setiap lkegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran terpadu haruslah memiliki nilai yang bermakna tinggi (mianingful), terutama bagi seluruh siswa. Kegiatan atau aktivitas tersebut haruslahnrelevan dengan tema yang akan dibahas dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, bahan ajar dan atau kegiatan/pengalaman belajar yang ditetapkan harus sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa.

b.      Prinsip kesinambungan dan keutuhan
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang utuh dari keseluruhan kemampuan yang harus dimilki guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu, bukan merupakan kegiatan yang lepas-lepas
Lepas-lepas dan berdiri sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya selalu menjaga agar terjadi kesinambungan dan keutuhan dari satu keterampilan mengajar dengan keterampilan mengajar yang lainnya. Dalam hla itu, guru harus manyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang tepat dan sinambung dengan minat, pengalaman, dan kemampuan siswa, serat jelas kegiatannya antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Misalnya, ketika memulai pelajaran guru menceritakan tentang suatu kejadian atau peristiwa kepada seluruh siswa di kelas, dan meneruskan atau mengaitkan cerita tersebut dengan tema yang akan dibahas, karena cerita tersebut memang telah secara sengaja telah dikaitkan dengan topik inti dalam  tema tersebut.
      
2.         Keterampilan menjelaskan dan bertanya dalam pembelajaran terpadu

A.    pengertian
Istilah menjelaskan (to explain) berbeda dengan istilah manceritakan. Kata menjelaskan mengandung makna membuat sesuatu menjadi jelas, sedangkan kata menceritakan hanya memberi informasi tentang sesuatu hal tanpa menjelaskannya. Dalam kegiatan menjelaskan, informasi dijelaskan secara sistematis sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lain, misalnya hubungan aantara informasi baru dengan informasi yang sudah diketahui, hubungan sebab-akibat, hubungan antara teori dan prktik, atau hubungna antara dalil-dalildengan contoh konkret. Dalam pembelajaran terpadu, kegiatan menjelaskan tersebut harus berpengaruh secara langsung terhadap pemahaman siswa akan tema yang dipelajarinya.
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan guru untuk memperoleh informasi tentang suatu objek yang ditanyakan dan meningkatkan terjadinya interaksi pembelajaran yang efektif. Dalam pembelajaran terpadu, kegiatan bertanya ini perlu lebih sering dimunculkan untuk merancang kegiatan siswa berkadar aktivitas tinggi. Pertanyaan yang diajukan guru akan berpengaruh terhadap jawaban siswa. Pertanyaan yang jelas akan mendapat jawaban yang  jelas pula. Pertanyaan yang diajukan dengan penuh kehangatan dan rasa simpati akan mendapat respon yang berbeda dibandingkan dengan pertanyaan yang diajukan secara dingin dan sikap tak acuh.

B.     manfaat
Melalui pembelajaran terpadu, siswa dapat menguasai materi dengan menggunakan pengalaman langsung, dimana siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami  hal-hal lebih abstrak. Keterampilan menjelaskan dan bertanya dalam pembelajaran terpaduakan bermanfaat bagi guru dalam mengarahkan siswa sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran terpadu dapat memberi manfaat di anataranya untuk:
a.       membantu siswa memahami berbagai konsep dari tema yang sedang dipelajari;
b.      meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang sisematis dan terintegrasi;
c.       memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan;

d.      meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar merupakan penjelasan yang bermakn bagi siswa;
e.       membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber;
f.       mengatasi kekuranganberbagai sumber belajar yang diperlukan;
g.      menggunakan waktu secara efektif dan efisien.
Keterampilan bertanya dalam pembelajaran terpadu dapat memberi manfaat di antaranya untuk:
a.    meningkatkan kegiatan belajra yang lebih bervariasi dan bermakna;
b.    mendorong siswa untuk berperan sebagai sumber informasi;
c.    memupuk kebiasaan siswa untuk selalu bertanya;
d.   meningkatkan keterlibatan siswa secara mental-intelektual;
e.    menumbuhkan keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan;
f.     menguji pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibahas.
Bagi guru sekolah dasar, keterampilan bertanya dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu sangat diperlukan karena saat ini pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode penuturan atau ceramah. Banyak guru yang masih melakukan peran sebagir sumber belajar/informasi utama bagi para siswanya, sedangkan siswa sendiri dianggap sebagai penerima pesan/informasi. karena anggapan yang demikain mengakibatkan siswa bersikap kurang dan selalu menerima segala hal yang disampaikan guru tanpa keingina/keberanian untuk mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya. Dengan dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru seko0lah dasar maka siswa akan menjadi lebih aktif dalam belajar, kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih bervariasi, siswa pun dapat berperan sebagai sumber informasi.
Kesempatan bertanya yang diberikan guru tidak banyak dimanfaatkan oleh siswa ditambah lagu tidak berusaha untuk menggugah keinginan siswa untuk bertanya. Hal lain yang dapat dijadikan alasan pentingnya keterampilan bertanya dikuasai guru, yaitu berkaitan dengan karakteriastik dari belajar yang menuntut keaktifan secara mental, baik intelektual (proses berpikir) maupun emosional (proses merasakan).

C.    komponen-komponen keterampilan menjelaskan
     Untuk melaksanakan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran terpadu, guru perlu mempelajari dan menguasai beberapa komponen keterampilan.guru perlu melakukan perencanaan mengenai isi tema pembelajaran terpadu yang akan dijelaskandan menganalisis karakteristik siswa sebagai pihak yang akan menerima penjelasan.
     Dalam merencanakan isi tema pembelajaran terpadu ini perlu memperhatikan hal-hal penting berikut ini:
a.       isi tema yang akan dijelaskan harus dianalisis secara keseluruhan termasuk unsur-unsur yang terkait dalam isi tema tersebut;
b.      isi tema mencerminkan inti atau esensi dari kompetensi dasar dan indikator-indikator pada masing-masing mata pelajaran
c.       isi tema memiliki signifikasi atau memiliki tingkat keberartian yang tinggi bagi siswa.
d.      Isi tema mengandung nilai guna bagi kehidupan siswa atau menunjang kecakapan hidup (life skills).
        Komponen-komponen keterampilan menjelaskan yang perlu dikuasai guru tersebutdi antaranya:
1)        Kejelasan
Komponen kejelasan ini berkaitan dengan bagaimana guru dapat menyampaikan informasi kepada siswa mengenai isi tema yang dipelajari dengan jelas. Kejelasan ini biasanya menyangkut hal-hal sebagai berikut:
               
a.       Kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara
Kualitas suatu penjelasan biasanya dipengaruhi oleh kelancaran dan kejelasan ucapa guru dalam berbicara di depan siswa. Pembicaraan yang tersendat-sendat, terlalu banyknya bunyi yang tidak berfugsi seperti; eee, eh, ah, ya, atau kata-kata lainnya yang selalu diucapkan berulang-ulang sangat mengganggu suatu penjelasan. Ketidakjelasan ucapan dan pembicaraan yang terlalu cepat juga cederung mengganggu penjelasan.

b.      Susunan kalimat yang digunakan
        Susnan kalimat dengan tata bahasa yang baku, akan sangat membantu siswa untuk memahami penjelasan yang diberikan. Dalam memberikan penjelasan ini, guru diharapkaan selalu menggunakan Bahasa Indonesia yaang baik dan benar agar bisa menjadi contoh bagi siswa dalam bertutur kata.
       
c.       Penggunaan istilah
      Penggunaan istilah-istilah yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa siswa juga sangat berpengaruh pada pemahaman siswa tersebut terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Istilh-istilah baru yang asing di telinga siswa akan menghambat pemahaman siswa terhadap penjelasan. Oleh karena itu, jika guru terpaksa menggunakan istilah asing dalam memberikan suatu penjelasan, hendaknya diberi definisi dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang bisa dipahami oleh siswa.

2)         Penggunaan Contoh dan Ilustrasi
            Penggunaan contoh dan ilustrasi miliki peran yang sangat menentukan kualitas suatu penjelasan. Dilihat dari tingkat perkembangannya, pada umunya siswa sekolah dasar masih ada dalam taraf  berpikir secara konkret, oleh karena itu diupayakan dalam memberikan penjelasan, guru selalu menggunakan contoh-contoh konkret, kalau tidak memungkinkan, bisa juga dengan menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan materi yang dijelaskan. Konsep-konsep yang sulit dan kompleks dapat dipermudah dengan pemberian contoh dan ilustrasi yang diambil dari kehidupan nyata para siswa atau diambil dari hal lain yang kira-kira mudah dipahami oleh siswa.
            Mengingat pentingnya penggunaan contoh dan ilustrasi ini dalam penyampaian suatu penjelasan maka guru perlu memiliki perbendaharaan yamg banyak mengenai contoh-contoh dan ilustrasi yang berkaitan dengan tema-tema yang akan dipelajari siswa.

3)         Pemberian Tekanan
            Dalam memberikan penekanan terhadap inti dari materi pembelajaran terpadu, guru harus menguasai variasi gaya mengajar (teaching style) dan menguasai struktur penyajian materi pembelajaran.
            Struktur penyajian materi pembelajaran terpadu yang disususn guru akan membantu siswa memahami arah penjelasan yang diberikan. Struktur penyajian materi ini bisa disusun dalam bentuk ikhtisar materi inti, pengulangan hal-hal yang dianggap penting, dan parafrase yaitu dengan menyatakan kembali dengan kata-kata/kalimat yang lain.
            Cara lain yang bisa dilakukan dalam memberikan penekanan terhadaap inti materi, yaitu dengan cara memberi isyarat-isyarat lisan seperti pertama..., kedua..., ketiga..., dan seterusnya, atau guru dapat menggunakan isyarat dengan ungkapan-ungkapan seperti: “perhatikan ini baik-baik!!!”, “yang terpenting adalah...”, “akhir dari semuanya ini adalah...”. Cara-cara seperti itu mencerminkan tertatanya secara sistematis materi pembelajaran yang dijelaskan guru sehingga siswa mudah memahaminya.

4)         Umpan Balik (Feedback)
            untuk memperoleh balikan tersebut, pada saat memberikan penjelasan, guru hendaknya meluangkan waktu untuk senantiasa mengecek pemahaman para siswa, misalnya dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai apa yang telah dijelaskan.dengan cara seperti ini, guru akan mendapat balikan dari jawaban-jawaban yang disampaikan siswa.
            Apabila balikan dari siswa menunjukan belum adanya atau tidak terdapat materi yang belum dipahami siswa maka guru hendaknya melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya disesuaikan dengan permasalahan yang kemungkinan menyebabkan keadaan tersebut. Jika masalahnya berkaitan dengan adanya kelemahan teknik menjelaskan maka guru harus mengubah teknik menjelaskan tersebut, misalanya dengan memberi lebih banyak contoh, meminta siswa mencari contoh sendiri, menggunakan bahan yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan tentang materi yang belum dipahamimi oleh siswa.
            Penerapan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran terpadu harus mengikuti prinsip-prinsip tertentu agar proses dan hasilnya dapat dicapai secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
a.       Perlu adanya keterkaitan yang erat antara pihak yang memberi panjelasan (guru), pihak yang menerima penjelasan (siswa), dan materi dalam tema pembelajaran terpadu yang dijelaskan.
b.      Pemberian penjelasan dapat diberikan baik pada awal pembelajaran, pertengahan pembelajaran, maupun akhir pembelajaran.
c.       Penjelasan yang disampaikan oleh guru harus memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi bagi siswa, dalam arti sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang diharapkan serta dapat diterapkan dalam kehidupan siswa.
d.      Penjelasan pada dasarnya harus disajikan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh guru, namun demikian, tidak menuntut kemungkinan suatu penjelasan diberikan atas dasar kebutuhan yang muncul dari diri siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan penjelasan.

D.    komponen-komponen keterampilan bertanya
            Agar pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada siswa mencapai sasarannaya, guru harus menguasai komponen-komponen keterampilan bertanya sebagai berikut:

1.      Pengungkapan Pertanyaan yang Jelas dan Singkat
      Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya singkat dan jelas sehingga mudah dipahami oleh para siswa. Pertanyaan yang diungkapkan dalam kalimat yang telalu panjang biasanya akan membingungkan siswa dalam memberikan jawaban. Perlu diingat pula,  bahwa dalam hal ini yang terpenting adalah jawaban yang disampaikan siswa, bukan pertanyaannya, dengan maksud untuk melihat apakah siswa sudah memiliki pemahaman terhadaap hal yang dijelaskan. Namun demikian, kualitas jawaban siswa itu sangat tergantung dari kualitas prtanyaan yang diajukan guru. Contoh pertanyaan singkat dan jelas berkaitan dengan tema “diri sendiri” dalam pembelajaran terpadu untuk kelas awal sekolah dasar “siapa namamu?”, “berapa umurmu?”, “dimna rumahmu?”, “apa warna kesukaanmu?”, dan sebagainya.


2.      Pemberian Acuan
      Pertanyaan yang disampaikan guru dalam suatu pembelajaran akan dijawab dengan benar oleh siswa jika siswa tersebut mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang disampaikan secara langsung tanpa mempertimbangkan pengetahuan siswa, dapat dipastikan jawaban akan keluar dari konteks yang ditanyakan. Coba Anda perhatikan satu contoh acuan untuk pertanyaan yang berkaitan dengan tema “keluarga” dalam pembelajaran terpadu untuk kelas awal sekolah dasar sebagai berikut:

Dalam satu keluarga ada yang namanya kakek,nenek, bapak, ibu, kakak, dan adik. Kakek adalah bapak dari bapaak atau ibu kita. Siapakah yang disebut nenek itu?

      Dari contoh kaliamat di atas, pertama dan kedua merupakan acuan yang dibeikan guru sebagai pedoman bagi siswa dalam menjawab pertanyaan (kaliamt ketiga).

3.      Pemusatan
      Pertanyaan dapat dibagi menjadi pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pertanyaan yang lingkupnya luas menuntut jawaban yang umum dan luas pula. Pertanyaan seperti ini dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bisa divariasikan dengan pertanyaan yang terpusat. Contohnya,sebagai berikut:
a.      Sebutkan sepuluh jenis sayuran yang biasa dijual di pasar!
b.      Diantara kesepuluh jenis sayuran yang dijual di pasar tersebut sayuran mana yang paling banyak mengandung zat besi?
      Contoh di atas merupakan salah satu materi pembelajaran terpadu pada tema tentang “Pasar” untuk kelas lima sekolah dasar. Pertanyaan pertama bersifat cukup luas (yaitu tentang sepuluh jenis sayuran yang dijual di pasar), sedangkan pertanyaan kedua sudah terpusat, yaitu hanya menanyakan satu atau dua sayuran yang paling banyak mengandung zat besi.


4.      Pemindahan Giliran dan Penyebaran Pertanyaan
      Perindahan giliran merupakan salah satu cara dalam keterampilan bertanya yang harus dikuasi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terpadu. Cara ini jika sering dilakukan dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan pertanyaaan yang diajukan guru dan jawaban yang diberikan siswa lainnya.
      Suatu pertanyaan yang cukup kompleks dapat dijawab oleh beberapa orang siswa yang saling melengkapi jawaban atau saling memberikan tanggapan/komentar. Teknik pemindahan yang tepat akan mampu meningkatkan perhatian dan partisipasi siswa. Dalam hal ini, bukan hanya kualitas jawaban yang diberikan siswa, tetapi yang terpenting, kemauan dan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan menanggapi jawaban yang diberikan oleh teman lainnya. Dengan demikian, tuntutan akan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran terpadudapat terpenuhi.
      Selain perpindahan giliran, cara lain untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran terpadu, yaitu dengan penyebaran pertanyaan. Kalu memungkinkan semua siswa di dalam kelas mendapat giliran yang merata untuk menjawab pertanyaan. Terdapat sedikit perbedaan antara  perpindahan giliran dan penyebaran pertanyaan. Pada perpindahan giliran, pertanyaan yang diajukan, yaitu pertanyaan tunggal yang sifatnya cukup kompkles dijawab secara bergilir oleh sejumlah siswa, sedangkan pada penyebaran pertanyaan, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang berbeda dan diajukan kepada siswa yang berbeda pula untuk dijawabnya. Agar penyebaran pertanyaan dapat tercapai secara efektif, gru hendaknya menyebarkan pertanyaan secara acak sehingga semua siswa siap untuk mendapat giliran menjawaab pertanyaan.



5.      Pemberian Waktu Berpikir
      Setelah mengajukan pertanyaan, guru perlu membeikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut, terlebih untuk pertanyaan-pertanyaan yang cukup kompleks. Sangat perlu diperhatikan,pertanyaan-pertanyaan harus ddiajukan untuk seluruh  siswa dalam kelas, maksudnya agar semua siswa menggunakan waktunya untuk berpikir mencari alternatif jawaban yang paling tepat. Tunggu beberapa saat sebelum guru meminta atau menunjuk salah seorang  siswa untuk menjawab pertanyaan. Kebiasaan guru menunjuka siswa terlebih dahulu untuk menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan itu diajukan, sebaiknya hindari, sebab tidk memeberikan waktu untuk berpikir dan siswa yang lain cenderung tidak akan memperhatikan pertanyaan guru tersebut.

6.      Pemberian Tuntunan
      Jika suatu pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat dijawab oleh siswa atau yang diberikan tidak seperti yang diharapkan maka tidak boleh tinggal diam dan menunggu terus sampai siswa memberika jawaban. Upaya yang harus dilakukan guru, yaitu memberikan tuntunan yang memungkinkan siswa secara bertahap mampu memberikan jawaban yang diharapkan. Tuntunan tersebut dapat diberikan antara lain dengan mengungkap kembali pertanyaan menggunakan cara lain yang lebih mudah dan sederhana sampai dapat dipahami siswa atau dengan mengajukan pertanyaan lainnya yang lebih sederhana yang dapat menuntun siswa menemukan jawabannya.
      Penerapan keterampilan bertanya dalam pembelajaran terpadu harus mengikuti prisip-prinsip tertentu agar proses dan hasilnya dapat tercapai secara efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Beberapa prisisp keterampilan bertanya yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajuaran terpadu di sekolah dasar berikut ini:
a.       Pertanyaan dari guru hendaknya disampaikan dengan penuh keantusiasan dan kehangatan untuk mendorong kesungguhan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan.
b.      Diupayakan untuk eslalu menghindari kebiasaan-kebiasaan yang mengurangi kualitas dari suatu pertanyaan, seperti mengulangi pertanyaan sendiri, mengulangi jawaban siswa, menjawab pertanyaaan sendiri, mengajukan perntanyaan yang memancing jawaban siswa secara serentak, mengajukan pertanyaan ganda dan menentukan siswa yang akan menjawab sebelum pertanyaan diajukan.
c.       Untuk pertanyaan yang lingkupnya lebih kompleks, perlu diberikan waktu berpikir yang cukup lama bagi siswa dalam menetapkan alternatif jawaban yang paling tepat.
d.      Pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya disiapkan secara cermat, baik menyangkut segi tingkat kesukaran pertanyaan, ketuntasan cakupan materi pembelajaran, maupun jumlah dan kualitas pertanyaannya.
      
3.        KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN DAN VARIASI DALAM PEMBELAJARAN TERPADU

A.    PENGERTIAN
            Penguatan (reinforcement) pada dasarnya merupakan suatu respon yang diberikan atau perbuatan siswa yang dianggap positif, dan menyebabkan kemungkinan berulangnya kembali atau meningkatnya perilaku tersebut. Jika Anda perhatikan, dalam kehidupan sehari-hari bentuk penguatan ini sering muncul meskipun tanpa disadari bahwa hal itu sebagai penguatan. Misalnya, Anda membeli sebuah jam tangan di toko, kemudian si penjual jam tangan tersebut memberikan Anda sebuah hadiah berupa sebuah kalender atau benda lain. Apa yang dilakukan si penjual jam tangan merupakan suatu penguata yang dapat orang yang menerima penguatan tersebut merasa senang dan mengulangi atau meningkatkan perbuatannya. Mungkin maksud si penjual jam tangan tidak hanya memberikan hadiah semata, tetapi tentu ada maksud lainnya, misalnya apabila Anda pada suatu saat akan membeli jam tangan lagi atau ada teman dn saudara Anda mau membeli jam tangan bisa ke toko tersebut.
            Dalam kegiatan pembelajaran terpadu, pemberian penguatan oleh guru terhadap perilaku siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran. Respon positif dari guru terhadap perilaku siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang dan cenderung mengulangi bahkan meningkatkan perilaku tersebut.
            Selanjutnya, keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran terpadu berkenaan dengan berubahnya suatu keadaan yang bisa menyebabkan keadaan tersebut menjadi tidak monoton dan membosankan atau menjenuhkan. Keadaan tersebut berkaitan dengan gaya mengajar (teaching style), penggunaan alat dan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran.
            Seorang guru yang baik harus mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang bervariasi sehingga belajar itu sendiri dirasakan siswa menjadi lebih menarik dan lebih hidup. Siswa akan menjadi sangat bosan atau jenuh apabila guru mengajar selalu dengan cara yang sama (itu-itu lagi). Keadaan seperti itu tidak akan mengandung keefektifan pelaksanaan pembelajaran terpadu, dan pada akhirnya akan berakibat secara langsung terhadap menurunnya perolehan hasil belajar siswa.

B.     MANFAAT
            Secara lebih spesifik manfaat yang dapat diperoleh guru (yang tentu saja akan berakibat kepada hasil belajar siswa) dengan menguasai keterampilan memberi penguatan dalam pembelajaran terpadu diantaranya untuk:
1.      Mengakibatkan dan memelihara perhatian dan motivasi belajar siswaterhadap tema-tema yang disajikan dalam pembelajaran;
2.      Memberikan kemudahan kepada siswa untuk mempelajari isi tema yang dipelajari dan dianggap memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi;
3.      Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa, serta mendorong munculnya tingkah laku yang positif;
4.      Menumbuhkan rasa percaya diri siswa akan kemampuan yang dimilikinya dan keberanian mengungkapkan pendapat sendiri;
5.      Memelihara iklim kelas (classroom clmate) yang kondusif.

            Sedangkan keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran terpadu dapat memberi manfaat diantaranya untuk:
1.      Menumbuhkan dan meningkat motivasi dan perhatian siswa (attention) terhadap tema pembelajaran yang dibahas, dan keterkaitan-keterkaitan di dalam yang ada dalam tema tersebut;
2.      Memberiakn kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu (curiosity) tentang sesuatu yang baru dalam suatu tema yang dipelajarinya;
3.      Memupuk perilaku positif siswa terhadap guru yang telah melakukan proses pembelajaran dengan lebih hidup dan bervariasi;
4.      Menghindarkan siswa dari proses pembelajaran yang membosankan dan monoton;
5.      Meningkatkan kadar keaktifan dan ketertiban siswa dalam berbagai pengalaman pembelajaran yang menarik dan terarah;
6.      Melayani karakteristik siswa dan gaya belajarnya (learning style) yang beraneka ragam.

C.     KOMPONEN PADA KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
            Keterampilan memberikan penguatan bisa dilakukan dalam bentuk verbal dan non-verbal. Penguatan verbal maksudnya adalah penguatan yang dilakukan secara verbal melalui kata-kata atau kalimat,  sebaliknya penguatan non-verbal tidak dilakukan melalui kata atau kalimat. Ada beberapa komponen memberikan penguatan, antara lain sebagai berikut:

1.      Penguatan verbal (Verbal Reinforcement)
            Penguatan yang dilakukan secara verbal merupakan penguatan yang paling sederhana digunakan dalam kegiatan pembelajaran terpadu. Dikatakan sederhana karena hanya menggunakan kata-kata atau kalimat saja, namun demikian jenis penguatan ini tidak bisa dianggap enteng, sebab jika salah dalam penerapannya akan mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan. Misalnya, guru menyampaikan pada situasi yang tidak tepat atau keliru dalam memilih kata-kata atau kalimat. Bentuk penguatan verbal ini bisa berupa kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Kata-kata atau kalimat tersebut biasanya merupakan balikan atau informasi bagi siswa atas perilaku yang ditampilkannya.
            Pada saat siswa menunjukkan hasil kerjanya kepada guru, guru tersebut mengatakan: “Wah, pekerjaanmu baik sekali!” atau  “Bapak senang sekali dengan hasil karyamu!”, “Belum pernah Bapak melihat pekerjaan serapih ini!”. Sangat baik juga dengan memberikan dukungan dan motivasi misalnya dengan mengatakan: “Jika kamu mau belajar lebih giat lagi, pasti hasil karyamu akan lebih baik dari ini!”. Pada sat seorang siswa selesai membacakan puisi bertema lingkungan dengan baik, guru memberikan pujian dan pengakuan misalnya dengan mengatakan: “Oh, bagus sekali”, dilanjutkan dengan mengatakan: “Ibu, memang mengakui kamu sangat pintar membacakan puisi”. Bahkan bisa juga diteruskan dengan ungkapan untuk memberikan dorongan kepada siswa lainnya, misalnya dengan mengatakan: “Anak-anak lain perlu meniru cara teman kalian membacakan puisi!”.
            Pada saat ada salah seorang siswa menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan guru, guru tersebut mengatakan: “ya, benar!” atau “Tepat sekali jawabanmu!”. Apabila siswa memberikan jawaban yang kurang tepat maka hendaknya guru tidak langsung memberikan respon untuk menyalahkan siswa tersebut. Tindakan yang terbaik dalam keadaan seperti itu adalah memberikan penguatan tak penuh (partial), misalnya saja dengan mengatakan: “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan sedikit lagi!”. Dengan cara seperti itu, siswa mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah sehingga ia masih mempunyai kesempatan untuk berusaha menemukan jawaban yang tepat. Sama halnya  apabila siswa memberikan jawaban yang sama sekali salah, hendaknya guru juga tidak langsung memberikan respon untuk menyalahkan siswa tersebut, sangat bijaksana apabila guru mengatakan: “bagus!”. Kata tersebut disampaikan kepada siswa sebagai pujian dan penghargaan atas keberaniannya untuk mencoba menjawab pertanyaan, sekalipun jawabannya salah.

2.      Penguatan Non-vormal (Non-verbal Reinfocement)
      Penguatan non-verbal dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bisa ditunjukkan dengan cara-cara seperti:
a.       Penguatan dengan mimik dan gerakan badan
            Pemberian penguatan dengan menggunakan raut wajah atau mimik dan gerakan badan bisa dilakukan secara bersama-sama untuk mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respon siswa. Penguatan seperti itu akan banyak memberi pengaruh positif terhadap motivasi siswa untuk mengulang kembali dan meningkatkan perilaku yang mendapat respon positif dari guru, misalnya berupa senyuman, anggukan, tepukan tangan, atau acungan ibu jari guru. Penguatan jenis ini juga bisa digunakan secara bersama-sama dengan penguatan verbal, misalnya guru mengucapkan kata: “bagus” terhadap respon siswa, sambil tersenyum, menganggukkan kepala, dan mengangkat ibu jari.

b.      Penguatan dengan gerak mendekati
            Pemberian penguatan dengan cara ini maksudnya guru mencoba mendekati siswa dengan tujuan untuk menunjukkan perhatian dan rasa senang terhadap suatu perilaku, hasil kerja, atau sikap dan penampilan siswa. Gerakan guru (teacher movement) harus dilakukan secara luwes, tidak mengesankan sesuatu yang dibuat-buat. Penguatan jenis ini dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Bentuk penguatan ini biasanya dipakai bersama-sama dengan bentuk penguatan verbal, misalnya ketika guru mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan. Kombinasi seperti itu bisa memperkuat efek penguatan yang positif, frekuensinya harus dibatasi agar efek tersebut tidak menurun.


c.       Penguatan dengan sentuhan
            Pendekatan dengan sentuhan ini dilakukan untuk menyatakan persetujuan dan penghargaan guru terhadap hasil usaha atau penampilan siswa. Caranya bisa dilakukan dengan menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa dengan antusias, atau mengangkat tangan siswa  yang dinyatakan berhasil dalam suatu kegiatan belajar. Jika dilakukan dengan cara yang tepat maka pemberian penguatan dengan sentuhan ini akan sangat efektif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
            Dalam penerapan penguatan melalui sentuhan ini, guru perlu mempertimbangkan kepatutan yang dengan sesuai umur dan jenis kelamin siswa, serta nilai budaya setempat. Misalnya, pemberian penguatan sentuhan dengan cara menepuk bahu atau mengelus-elus rambut siswa perempuan oleh guru pria mungkin hanya bisa dilakukan untuk siswa sekolah dasar kelas-kelas awal, sedangkan bagi siswa perempuan di kelas tinggi bisa dianggap agak berlebihan.
       
d.      Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
            Pemberian penguatan ini didasarkan pada karakteristik pembelajaran terpadu itu sendiri yang menuntut suatu kegiatan belajar yang menyenangkan atau menggembirakan (joyful learning) bukan sebaliknya (joyless learning). Pada umunya siswa menyenangi sesuatu yang menjadi kegemarannya (hobby). Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa tersebut dapat digunakan sebagai penguatan belajar. Misalnya, seorang siswa yang menunjukkan prestasi dalam mata pelajaran Seni Musik diminta untuk memimpin paduan suara sekolah pada saaat pelaksanaan upacara bendara. Siswa yang memiliki kegemaran menggambar, diberi tuygas untuk melukis gapura di pintu masuk sekolah dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Siswa yang dapa menyelesaikan operasi hitungan lebih dahulu dalam pelajaran Matematika, diberi kesempatan untuk membantu teman-temannya yang merasa kesulitan. Siswa yang prestasinya cukup baik dalam satu cabang olahraga diikutsertakan dalam tim olahraga sekolah dalam kegiatan PORSENI tingkat kecamatan. Masih banyak contoh lainya yang berkaitan dengan pemberian penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
                  
e.       Penguatan dengan simbol dan benda
            Pemberian penguatan dengan menggunakan suatu simbol atau tanda dan benda tertentu, akan memberi warna tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar. Beraneka macam simbol atau tanda dan benda tersebut yang bisa diciptakan sendiri oleh guru yang kreatif. Biasanya guru sering menggunakan simbol atau tanda cek (√) dan tanda tangan sendiri disertai komentar singkat untuk memberikan pembenaran atas tugas atau pekerjaan yang dilakukan siswa secara tertulis.
            Supaya lebih bervariasi, selain pemberian penguatan dengan simbol, bisa juga dengan menggunakan benda-benda tertentu yang memili arti simbolis dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, seperti guntingan gambar binatang warna warni, emblim atau lencana yang yang bertuliskan prestasi pada bidang tertentu, piala bergilir. Selain benda-benda tersebut, dalam batas-batas tertentu guru bisa juga memberikan benda-benda yang berguna dan menunjukkan kelengkapan belajar seperti pensil, bolpoin, penghapus pensil, buku tulis, mistar, dan sebagainya. Untuk dijadikan sebagai hadiah (reward) kepada siswa yang berprestasi.
            Pemberian penguatan dengan menggunakan simbol atau benda hendaknya tidak terlalu sering dilakukan agar tidak kehilangan makna, dalam pengertiaan simbol dan benda-benda tersebut dijadikan target akhir sebagai imbalan atas prestasi belajar yang dicapai siswa.


D.    KOMPONEN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
            Keterampilan mengadakan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu menyangkut tiga hal, yaitu:

1.      Variasi dalam Gaya Mengajar
      Secara garis besar, hal-hal yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat divariasikan oleh seorang guru berkisar pada butir-buitir berikut.
                                          
a.       Penggunaan variasi suara
            Penggunaan variasi suara dalam pembelajaran berkaitan dengan perubahan nada suara guru dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih. Pengaturan variasi suara tersebut sangat penting dilakukan  untuk mengurangi kejenuhan, terutama pada siswa kelas awal  sekolah dasar. Suara adalah modal utama guru dalam menyampaikan materi tema pembelajaran terpadu, oleh karena itu perlu dilatih secara teratur.
b.      Variasi dengan pemusatan perhatian
            Dalam suatu tema yang sedang dipelajari biasanya terdapat hal-hal khusus yang dianggap sangat penting untuk diperhatikan melebihi yang lainnya. Dalam kondisi seperti ini maka guru bisa menggunakan ungkapan-ungkapan verbal untuk memusatkan perhatian siswa, misalnya menggunakan kalimat: “perhatikan baik-baik”, “ini penting untuk diingat!”, Dengarkan dengan baik-baik!”, “ini penting untuk kehidupanmu!” dan ungkapan-ungkapan sejenisnya.

c.       Variasi dengan kesenyapan
            Mengadakan variasi dengan kesenyapan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu maksudnya untuk menarik perhatian siswa dari kondisi suasana kelas yang agak gaduh menjadi tenang/senyap.
            Variasi dengan kesenyapan dapat pula dimunculkan sebagai “waktu tunggu” ketika guru mengajukan suatu pertanyaan, dengan maksud memberi kesempatan berpikir kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menunjuk siswa yang akan diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut.

d.      Variasi dengan kontak pandang
            Penggunaan variasi koontak pandang dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk lebih meningkatkan identitas dari interaksi antara guru dan siswa. Pada saat melaksanakan pembelajaran terpadu, terutama pada saat guru melakukan aktivitas menjelaskan tentang suatu materi tema yang dianggap agak rumit, tentu guru dan siswa bertatap muka. Pada saat tatap muka tersebut terjadi kontak pandang, guru memandang siswa, begitu juga sebaliknya, siswa memandang guru. Pada saat berinteraksi dengan siswa sebaiknta, guru melakukan pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihatcke arah mata para siswa untuk menunjukkan hubungan yang intim. Memandang seluruh siswa ketika mulai berbicara dan kemudian memandang siswa tertentu dengan tujuan mengecek pemahamannya atau memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban antara guru dan siswa dalam menajar. Guru yang memandang siswanya ketika mengajarkan siswa tersebut berbicara menunjukkan sikap penuh perhatian terhadap apa yang dibicarakan.

e.       Variasi dengan gerakan badan mimik
            Pada saat melaksanakan pembelajaran, keluwesan guru dalam bergerak disertai mimik muka yang penuh ekspresi dapat merupakan alat komunikasi yangsangat efektif. Dalam hal ini ekspresi wajah guru bisa ditunjukkan dengan: tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata, dan sebagainya. Gerakan badan bisa dilakukan dengan cara: menganggukkan dan mengeleng-gelengkan kepala, menggoyang-goyangkan tangan, mengangkat bahu, berjalan mendekati siswa, mengepalkan tinju, mengangkat ibu jari, bertepuk tangan, dan gerakan-gerakan lainnya yang tidak bisa diuraikan satu per satu di sini. Gerakan badan dan gerakan mimik ini harus disesuaikan dengan sikap, kebiasaan, dan pembawaan guru itu sendiri, sebab kalau tiudak, bukan tidal mungkin akanmenyebabkan bahan tertawaan siswa karena terlihat terlalu dibuat-buat.

f.       Variasi dengan perubahan posisi guru
            Variasi dengan perubahan posisi guru dalam proses pembelajaran digunakan dengan maksud untuk mempertahankan perhatian murid asal dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan.  Selama proses pembelajaran berlangsug, posisi guru tidak boleh terpaku disatu tempat. Variasikan perubahan posisi bisa dilakukan dengan cara: berdiri di depan kelas, duduk di kursi guru, pindah ke samping, ke tengah, ke belakang, dan sebagainya. Untuk tujuan tertentu misalnya guru berjalan-jalan diantara siswa untuk melihat-lihat siswa yang sedang bekerja, disaat lain guru guru duduk di sebelah siswa untuk membntunya menyelesaikan suatu pekerjaan.

2.      Variasi dalam Pola Interaksi Pembelajaran
      variasi dalam pola interaksi guru-siswa yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran terpadu terdiri atas:

a.       Pola interaksi satu arah
S
S
S

S
Guru

            Pola ini sering ditemui pada saat guru menjelaskan materi tema tertentu kepada seluruh siswa. Aktivitas siswa sendiri, yaitu mendengarkan dan menyimak
apa-apa yang disampaika
Gambar 3.3.                                  oleh guru. Metode yang digunakan guru, yaitu metodeceramah atau penuturan.
Pola ini dilakukan biasanya dengan pertimbangan bahwa materi tema tersebut dianggap cukup sulit sehingga guru memandang perlu untuk dijelaskan secara lebih terperinci dan tuntas. Jika tidak dijelaskan seperti itu dikhwatirkan akan terjadi kesalahan-kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep yang ada dalam materi tema yang dibahas.

b.      Pola interaksi dua arah
S

S
S
S
Guru

            Pola ini merupakan pengembangan dari pola pertama  yang divariasikan dengan mketode tanya jawab. Siswa sudah mulai meningkat aktivitasnya, yaitu tidak  hanya menyimak pejelasan guru, tetapi mengajukan
Gambar .3.4.                           pertanyaan atas beberapa
penjelasan guru yang belum dipahaminya. Untuk menumbuhkan keberanian siswa bertanya maka guru harus mampu menerapkan komponen-komponen keterampilan bertanya

c.      
Guru

Pola interaksi banyak ara

S

S
            Pola ini menuntut aktivitas siswa yang lebih tinggi dibandig kedua pola di
S
atas, di mana interaksi yang
S
terjadi tidak hanya guru
dengan siswa, tetapi juga
Gambar 3.5.                            interaksi antarsiswa dengan
siswa. Dalam pola interaksi banyak arah ini, peran guru adalah sebagai fasilitator belajar yang harus mampu memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar. Penjelasan dari guru tetap ada tetapi tidak perlu dituntaskan. Isi tema biasanya berupa permasalahan-permasalahan yang harus dipecahakan oleh para siswa dalam kegiatan diskusi kelompok kecil, atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok-kelompok kerja siswa. Pada akhir kegiatan pembelajaran biasanya dilakukan laporan hasil diskusi atau hasil kerja masing-masing kelompok.
      Selain ketiga variasi pola interaksi sebagaimana dijelaskan di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, variasi pola interaksi ini bisa dilaksanakan dengan pertimbangan-pertimbangan penggunaan strategi pembelajaran.
                     
3.      Variasi dalam Penggunaan Media
      Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar memiliki peran yang sangat penting mengingat perkembangan siswa sekolah dasar masih berada pada tahapan masa konkret, dalam hal ini siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata. Dengan demikian dalam pelaksanan pembelajaran terpadu           di sekolah dasar harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan konkret. Hal tersebut mengisyaratkan perlunya menggunakan media sebagai saluran penyampaian isi tema pembelajaran terpadu.



GURU
SISWA
MEDIA
Isi Tema
 



Metode
Pembelajaran
Gambar 3.7
Hubungan Media, Isi Tema, Metode Pembelajaran.
            Pertimbangan menadakan variasi dalam penggunaan media bukan sebagai pelengkap pembelajaran terpadu tetapi benar-benar sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Media pembelajaran merupakan keseluruhan bagian integral proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tidak berdiri sendiritetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
            Penggunaan variasi dengan penggunaan media ini juga haarus memperhatikan karakteristik dari masing-masing jenis media itu sendiri. Menurut salah satu riset yang dilakukan oleh British Audio-Visual Association menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indra menunjukkan komposisi sebagai berikut.
75 % melalui indra penglihatan (visual),
13 % melalui indra pendengaran (audiotori),
6 % melalui indra sentuhan dan perabaan,
6% melalui indra penciuman dan lidah.
            Dalam penerapannya, jenis media yang divariasikan untuk pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri atas media visual, media audio, dan media audio-visual.




Perhatikan gambar berikut.
VISUAL
 


AUDIO
MEDIA
PEMBELAJARAN
                                                                                              
 

                                                                                         
AUDIO-VISUAL

 


Gambar 3.8
Klasifikasi Media Pembelajaran Terpadu.

Di bawah ini secaraa singkat diuraikan keterangan dari masing-masing  jenis dan karakteristik media pembelajaran tersebut.

a.       Media visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya yang paling sering digunakan oleh guru sekolah dasar untuk membantu menyampaikan isi tema pembelajaran terpadu yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projectd visual).
Media visual diproyeksikan pada dasarnya merupakan media yang menggunakan alat proyeksi (disebut proyektor) di mana gambar atau tulisan akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam misalnya gambar diam (still picture) dan proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motion picture) alat proyeksi tersebut membutuhkan aliran listrik dan membutuhkan ruangan tertentu yang cukup memadai.
Jenis-jenis alat proyeksi yang sering digunakan untk menyampaikan pesan pembelajaran di sekolah dasar diantaranya: OHP (Overhead Projection) dan slaid suara (soundslide).
Media visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas media gambar diam/mati, media grfis, media model, dan media realia. Gambar diam atau mati adalah gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi tema yang diajarkan. Gambar diam ini yang sifatnya tunggal dan ada juga yang berseri, yaitu berupa sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainya. Keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan media gambar diam ini, diantaranya:
v   Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkret
v   Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan sebagainya
v   Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain
v   Tidak mahal, bahkan mungkin tanoa mengeluarkan biaya untuk pengadaannya
v   Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua tema.
Ada beberapa kelemahan dari media ini, yaitu terkadang ukuran gambar terlalu kecil jika digunakan pada kelas besar. Gambar diam juga merupakan media dua dimensi dan tidak bisa menimbulkan gerak.
1.                Media grfis adalah media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang       dirancang  secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pembelajaran. Unsur-unsur yang bterdapat dalam media grafik adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata-kata, atau angka serta bentuk simbol (lambang). Jenis-jenis media grafik ini di antaranya: grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik.
2.                Media model adalah media tiga dimensi yag sering digunakan dalam pembelajaran terpadu di kelas awal sekolah dasar, media ini merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk ddibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenis media model di anyatarnya: model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model susun (build-up model), model kerja (working model), mock-up dan diaroma.
3.                Media realia merupakan alat bantuvisual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada siswa. Realia ini merupakan model dan objek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan, binatang, dan sebagainya.
b.      Media audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio, yaitu program kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara divariasikan dengan media lainnya.
Terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan apabila Anda akan menggunakan media audio di sekolah dasar, yaitu:
1.    Media ini hanya akan mampu melayani secara baik siswa yang sudah memiliki kemampuan dalam berpikir abstrak (siswa kelas tinggi), sedangkan di kelas awal, penggunaan media audio ini perlu ada upaya modifikasi disesuaikan dengan kemampuan siswa;
2.    Media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih tinggi dibanding media lainnya, oleh karena itu jika akan menggunakan media audio ini dibutuhkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan kemampuan siswa;
3.    Karena sifatnya yang auditif, jika Anda ingin memperoleh hasil belajar yang dicapai siswa secara lebih optimal, diperlukan juga pengalaman-pengalaman secara visual. Kontrol belajar bisa dilakukan melalui penguasaan perbendaharaan kata-kata, bahasa, dan susunan kalimat.

c.       Media audio-visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian isi tema akan akan semakin lengkap. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi, karena penyajian materi bisa diganti oleh media. Contoh dari media audio-visual ini di antaranya program televisi/vidio pendidikan/instruksional, program slide suara, dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Keterampilan membuka pelajaran merupakan keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran, sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran ini merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki kegiatan inti pembelajaran, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan akhir pembelajaran dengan maksud untuk memantapkan atau menindaklanjuti tema yang telah dibahas. Dengan demikian, kegiatan membuka dan menutup pelajaran bukan kegiatan yang bersifat administratif seperti mengisi daftar hadir siswa, menyiapkan alat dan media pembelajaran.
Kata menjelaskan mengandung makna membuat sesuatu menjadi jelas, sedangkan kata menceritakan hanya memberi informasi tentang sesuatu hal tanpa menjelaskannya. Dalam pembelajaran terpadu, kegiatan menjelaskan tersebut harus berpengaruh secara langsung terhadap pemahaman siswa akan tema yang dipelajarinya.
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan guru untuk memperoleh informasi tentang suatu objek yang ditanyakan dan meningkatkan terjadinya interaksi pembelajaran yang efektif.
Penguatan (reinforcement) pada dasarnya merupakan suatu respon uyang diberikan atau perbuatan siswa yang dianggap positif, dan menyebabkan kemungkinan berulangnya kembali atau meningkatnya perilaku tersebut.
        Selanjutnya, keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran terpadu berkenaan dengan berubahnya suatu keadaan yang bisa menyebabkan keadaan tersebut menjadi tidak monoton dan membosankan atau menjenuhkan. Keadaan tersebut berkaitan dengan gaya mengajar (teaching style), penggunaan alat dan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran.
           
B.     SARAN
Hasilpenulisaninidiharapkandapatmemberikansumbangandalamupayameningkatkanmutuproses pembelajaran terpadu di sekolah dasar.
Ada beberapa keterampilan dalam pembelajaran terpadu, yaitu:
1.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran dalam Pembelajaran Terpadu
2.      Keterampilan menjelaskan dan bertanya dalam pembelajaran terpadu
3.      Keterampial memeberikan penguatan dan variasi dalam pembelajaran terpadu.




DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hermawan, Novi Resmini, dan Andayani. 2011. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sri Anitah W, DKK. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta:  Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar